Kamis, 18 Februari 2016

Jembatan Mbeling Kali Progo

Sejarah Jalur Kereta Api Yogyakarta-Kroya



Perusahaan Perkereta-apian  milik negara  Staatsspoorwegen Westerlijnen (S.S. lintas barat), mulai membangun jalur rel kereta api yang dimulai dari Bogor sampai Sukabumi, jalur ini sepanjang 58 kilometer yang resmi dibuka tahun 1881-1882. Kemudian dilanjutkan dengan lintas Sukabumi-Cianjur sampai Bandung sejauh  99 kilometer, resmi dioperasikan pada tahun 1883-1884. Pada lintas ini, jalur kereta api petak Cirengas-Lampegan, menembus terowongan Lampegan yang memiliki panjang 686 meter, yang dibangun antara tahun 1879-1882, menjadikan terowongan ini sebagai terowongan tertua di Indonesia.

S.S. Westerlijnen juga membangun stasiun Tugu Yogyakarta yang diresmikan penggunaannya pada tanggal 2 Mei 1887, seiring juga dengan dibukanya jalur lintas Lempuyangan-Yogyakarta sejauh 1.5 kilometer. milik N.I.S. pada tanggal 7 Juli 1887 (lebar track 1.435 millimeter) dan lintas Maos–Kroya-Yogyakarta sejauh 155 kilometer milik S.S. (lebar track 1.067 millimeter). Jalur lintas Maos-Yogyakarta, juga dibuatkan percabangannya di Kutoarjo untuk jalur menuju ke arah Purworejo sejauh 12 kilometer. Jalur Bandung-Cicalenka sejauh 27 kilometer, diresmikan tahun 1884 dan kemudian diperpanjang sampai Cibatu sejauh 31 kilometer, diresmikan pada tahun 1889.


 
Jembatan Mbeling Kali Progo



Jembatan Mbeling Lama kali Progo dibawah pengelolaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta,terletak di antara Sedayu, Bantul dan Sentolo, Kulonprogo. Jembatan yang membentang diatas kali Progo ini memiliki panjang bentang jembatan 96 meter serta mampu menahan tekanan beban kereta api seberat 20 ton dengan kecepatan sampai 100 kilometer/ jam.  Pada lintas jalur ganda (double track) Yogyakarta–Kutoarjo terdapat dua kontruksi jembatan yang membentang diatas kali Progo, pada sisi sebelah selatan adalah kontruksi jembatan baru ( yang dibangun seiring dengan pembukaan lintas jalur ganda, serta pada sisi sebelah utara adalah kontruksi jembatan lama yang mulai dibangun oleh S.S. Westerlijnen pada  tahun 1930,  kemudian direnovasi oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (D.K.A.) pada tahun 1957 (dengan sedikit penambahan kontsruksi baru). Jembatan Mbeling Lama memiliki keistimewaan dalam segi kontruksinya, yaitu tanpa di topang pilar penyangga pada bagian tengah bentang jembatan. Desain kontruksi jembatan seperti ini, di dunia hanya terdapat di dua tempat, yang pertama di Indonesia (kali Progo) sedang yang satunya terdapat di negeri Belanda, akan  tetapi sekarang sudah non aktif, sehingga jembatan Mbeling Kali Progo menjadi satu-satunya yang masih aktif di dunia sampai saat ini. Terletak disebelah selatannya adalah jembatan Mbeling Baru yang dilengkapi dengan satu pilar pada bentang tengahnya, kontruksi ini akan mudah ditemui pada jembatan-jembatan kereta api lainnya.


Jembatan Mbeling Baru (Kiri) dan Jembatan Mbeling Lama (Kanan) 
Source : Yoga Cokro P 2015

Sistem kekuatan jembatan ini tertumpu pada rol yang terletak pada masing-masing sisi bawah jembatan. Kontruksi  jembatan ini disebut Bijlaard Bent, yang dirancang sebagai solusi alternatif pilihan S.S. dengan pertimbangan akan derasnya arus aliran kali Progo, yang diharapkan akan lebih aman jika penyangganya berada pada kedua sisi jembatan. Belajar dari pengalaman sebelumnya,  kontruksi jembatan S.S. sering roboh saat dilanda banjir kali Progo yang berakibat pada terputusnya sementara jalur kereta api pada lintas Yogyakarta-Kutoarjo, hal ini dahulunya sering terjadi sejak jalur ini dibuka  pada tahun 1887 sampai akhir tahun 1929. Desain jembatan ini dipercayakan kepada Mr. C.D. Maussart, serta sebagai pelaksa proyek pengerjaannya adalah  Mr. C.H.J. Deighton di bawah persetujuan Mr. Ir. H. Jansen yang kesemuanya adalah Insinyur-insinyur utama dari S.S. Jembatan ini tersusun dari rangka-rangka baja kelas tinggi (Ferro), sehingga untuk kontruksi bajanya sangat kokoh sebagai pemberi ketahanan saat terjadi getaran gempa bumi. Pada kedua titik tumpuannya tidaklah mati (elastisitas) serta menggunakan sistem roll, tanpa adanya topangan pilar penyangga di tengah-tengahnya, membuat kontruksi jembatan ini tidak akan ambrol saat di terjang arus deras Kali Progo. 

 Jembatan Mbeling Lama memiliki kontruksi tanpa pilar penyangga pada bagian tengah bentang jembatan, kontruksi ini disebut dengan Bijlaard Bent.
Source : Yoga Cokro P 2015


Selain itu satu lagi hal unik lainnya adalah, jika ditinjau dari segi estetika, ternyata desain jembatan ini juga menonjolkan segi nilai seni kebudayaan Jawa, hal ini dapat dilihat atau diketahui ketika seseorang berjalan diatas rel ke arah tengah jembatan, maka akan ditemui pada struktural kerangkanya akan membentuk pola seperti gunungan wayang. Hal-hal tersebut menjadikan jembatan ini memiliki daya pesona yang mampu menarik sebagai obyek seni fotografi, selain itu juga dapat sebagai pusat penelitian untuk studi kontruksi jembatan didalam bidang ilmu keteknikan.