Perusahaan Perkereta-apian milik negara Staatsspoorwegen Westerlijnen (S.S. lintas
barat), mulai membangun jalur rel kereta api yang dimulai dari Bogor sampai
Sukabumi, jalur ini sepanjang 58 kilometer yang resmi dibuka tahun 1881-1882.
Kemudian dilanjutkan dengan lintas Sukabumi-Cianjur sampai Bandung sejauh 99 kilometer, resmi dioperasikan pada tahun
1883-1884. Pada lintas ini, jalur kereta api petak Cirengas-Lampegan, menembus
terowongan Lampegan yang memiliki panjang 686 meter, yang dibangun antara tahun
1879-1882, menjadikan terowongan ini sebagai terowongan tertua di Indonesia.
S.S. Westerlijnen juga membangun
stasiun Tugu Yogyakarta yang diresmikan penggunaannya pada tanggal 2 Mei 1887,
seiring juga dengan dibukanya jalur lintas Lempuyangan-Yogyakarta sejauh 1.5 kilometer. milik N.I.S. pada tanggal 7 Juli 1887 (lebar track 1.435 millimeter) dan lintas
Maos–Kroya-Yogyakarta sejauh 155 kilometer milik S.S. (lebar track 1.067 millimeter). Jalur
lintas Maos-Yogyakarta, juga dibuatkan percabangannya di Kutoarjo untuk jalur
menuju ke arah Purworejo sejauh 12 kilometer. Jalur Bandung-Cicalenka sejauh 27
kilometer, diresmikan tahun 1884 dan kemudian diperpanjang sampai Cibatu sejauh
31 kilometer, diresmikan pada tahun 1889.
Jembatan Mbeling Lama kali Progo dibawah pengelolaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI
Yogyakarta,terletak di antara Sedayu, Bantul dan Sentolo, Kulonprogo. Jembatan yang membentang diatas kali Progo ini memiliki panjang bentang jembatan 96 meter serta mampu menahan tekanan
beban kereta api seberat 20 ton dengan kecepatan sampai 100 kilometer/ jam. Pada lintas jalur ganda (double track) Yogyakarta–Kutoarjo terdapat dua kontruksi jembatan yang membentang diatas kali Progo, pada sisi sebelah selatan adalah kontruksi jembatan baru ( yang dibangun seiring
dengan pembukaan lintas jalur ganda, serta pada sisi sebelah utara adalah
kontruksi jembatan lama yang mulai dibangun oleh S.S. Westerlijnen pada tahun 1930, kemudian direnovasi
oleh Djawatan Kereta Api Indonesia (D.K.A.)
pada tahun
1957 (dengan sedikit penambahan kontsruksi
baru). Jembatan Mbeling Lama memiliki
keistimewaan dalam segi kontruksinya, yaitu tanpa di topang pilar penyangga
pada bagian tengah bentang jembatan. Desain kontruksi jembatan seperti ini, di
dunia hanya terdapat di dua tempat, yang pertama di Indonesia (kali Progo)
sedang yang satunya terdapat di negeri Belanda, akan
tetapi sekarang sudah non aktif, sehingga jembatan Mbeling Kali Progo menjadi
satu-satunya yang masih aktif di dunia sampai saat ini. Terletak disebelah
selatannya adalah jembatan Mbeling Baru yang dilengkapi dengan satu pilar pada
bentang tengahnya, kontruksi ini akan mudah ditemui pada jembatan-jembatan kereta
api lainnya.
Jembatan Mbeling Baru (Kiri) dan Jembatan
Mbeling Lama (Kanan)
Source : Yoga Cokro P 2015
Sistem kekuatan jembatan ini tertumpu
pada rol yang terletak pada masing-masing sisi bawah jembatan. Kontruksi jembatan ini disebut Bijlaard Bent, yang dirancang sebagai solusi alternatif pilihan S.S. dengan pertimbangan akan
derasnya arus aliran kali Progo, yang diharapkan akan lebih aman jika penyangganya
berada pada kedua sisi jembatan. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kontruksi jembatan S.S. sering roboh saat dilanda banjir kali Progo yang berakibat pada terputusnya sementara jalur kereta api pada lintas
Yogyakarta-Kutoarjo, hal ini dahulunya sering terjadi sejak jalur ini dibuka pada tahun 1887 sampai akhir tahun 1929. Desain
jembatan ini dipercayakan kepada Mr. C.D. Maussart, serta sebagai pelaksa
proyek pengerjaannya adalah Mr. C.H.J. Deighton
di bawah persetujuan Mr. Ir. H. Jansen yang kesemuanya adalah Insinyur-insinyur utama dari S.S. Jembatan ini tersusun
dari rangka-rangka baja kelas tinggi (Ferro), sehingga untuk kontruksi bajanya
sangat kokoh sebagai pemberi ketahanan saat terjadi getaran gempa bumi. Pada kedua
titik tumpuannya tidaklah mati (elastisitas) serta menggunakan sistem roll,
tanpa adanya topangan pilar penyangga di tengah-tengahnya, membuat kontruksi jembatan
ini tidak akan ambrol saat di terjang arus deras Kali Progo.
Jembatan Mbeling Lama memiliki kontruksi tanpa pilar penyangga pada bagian tengah bentang jembatan, kontruksi ini disebut dengan Bijlaard Bent.
Source : Yoga Cokro P 2015
Selain itu satu lagi hal unik lainnya
adalah, jika ditinjau dari segi estetika, ternyata desain jembatan ini juga
menonjolkan segi nilai seni kebudayaan Jawa, hal ini dapat dilihat atau diketahui
ketika seseorang berjalan diatas rel ke arah tengah jembatan, maka akan ditemui pada struktural kerangkanya akan membentuk pola seperti gunungan wayang.
Hal-hal tersebut menjadikan jembatan ini memiliki daya pesona yang mampu menarik
sebagai obyek seni fotografi, selain itu juga dapat sebagai pusat penelitian untuk studi kontruksi jembatan didalam bidang ilmu keteknikan.