Rabu, 17 Februari 2016

Jembatan Pangukan Kali Bedog

Sejarah Jalur Yogyakarta-Magelang


   Selesainya jalur kereta api yang menghubungkan Semarang dengan pusat militer di Ambarawa serta Vorstenlanden, yaitu Surakarta dan Yogyakarta yang selesai pada tahun 1887 saat dibukanya jalur antara Stasiun Lempuyangan dengan Stasiun Yogyakarta. Mendorong perusahaan swasta Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij (N.I.S.) untuk membangun jalur alternatif yang menghubungkan Ambarawa (Willem I) dengan Yogyakarta melintasi wilayah karesidenan Kedu dan kota Magelang.  Jalur ini resmi dibuka pada tanggal 1 Juli 1898 dengan mengunakan lebar sepur 1.067 millimeter sejauh 47 kilometer. Jalur tersebut adalah lintas cabang dari jalur utama Yogyakarta-Semarang yang mengunakan lebar sepur 1.435 millimeter. Komoditas angkutan berupa tembakau, kemudian mendorong lintas jalur yang melalui Magelang ini kemudian diperpanjang sampai ke Temanggung, serta terkoneksi dengan Ambarawa (Willem I), dimana Secang sebagai titik utama percabangannya. Selain itu, hasil tambang pasir dari letusan Gunung Merapi juga turut serta sebagai komoditas angkutan yang mengunakan kereta api pada lintas cabang ini, selain hasil bumi, industri kertas di Blabak dan beberapa industri pabrik gula di utara daerah Yogyakarta atau Sleman. 
    Lintas jalur ini dimulai dari percabangan rel spoor 5 (lima) di Stasiun Yogyakarta (Tugu), mengarah ke utara kemudian melintasi Halte Kricak, Halte Kutu, Halte Mlati, Stasiun Beran serta percabangan ke pabrik gula Beran, Halte Pangukan, Halte Sleman, Stasiun Medari serta percabangan ke pabrik gula Medari, Halte Ngebong, Stasiun Tempel serta percabangan ke pabrik gula Sumber Pitu, jembatan kali Krasak, Halte Semen, Halte Tegalsari, Halte Dangeyan, Halte Muntilan, Stasiun Muntilan, Halte Pabelan, Stasiun Blabak dan percabangan ke pabrik kertas Blabak, Halte Blondo, Halte Japonan, Halte Mertoyudan, Halte Banyurejo, Halte Magelang Pasar dan berakhir di Stasiun Magelang Kota atau Kebonpolo. 


Jembatan Pangukan Kali Bedog

   Jembatan Pangukan atau Jembatan Bedog (karena melintas diatas Sungai Bedog) dengan nomor seri bangunan hikmat (BH 30) ini terletak di ujung barat jalan P.J.K.A. atau Kantor PEPABRI & PP. POLRI Sleman. Jembatan yang dahulu sempat terbengkalai akibat dari dinon-aktifkannya jalur rel kereta api lintas Yogyakarta-Magelang ini, kini sudah mengalami renovasi. Letaknya berdampingan dengan jembatan jalan raya  Jl. K.R.T. Pringgodiningrat, Pangukan, Tridadi, Sleman. Sehingga pada saat melintas pengendara kendaraan bermotor  bisa menyaksikan jembatan ini. Keadaan jembatan Bedog masih lengkap dengan rel dan bantalannya serta besi pengait maupun baut skrupnya. 
Jembatan Pangukan Kali Bedog, letaknya bersebelahan dengan Jl. K.R.T. Pringgodiningrat, Pangukan, Tridadi, Sleman

Jembatan Pangukan (Bedog) memiliki panjang rangka jembatan 30 meter dan lebar 2,5 meter yang membentang diatas kali Bedog pada ketinggian 20 meter, tersusun dari lempengan dan batang besi baja yang tersambung dalam sistem baut, mur dan las. Kini menjadi bangunan cagar budaya yang diresmikan olah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada tahun 2008.
  
 Plakat penetapan sebagai bangunan cagar budaya untuk Jembatan Kereta Api Pangukan Kali Bedog

Kontruksi jembatan Pangukan memiliki keunikan dari pada jembatan lainnya. Pada sisi sudut tumpu jembatan yang terletak pada keempat ujung bawahnya untuk menumpu penyangga beton terdapat sistem Roll dan Engsel. Sistem roll terletak pada dua ujung tumpuan dibagian sebelah timur dan sistem engsel pada bagian barat. Sistem ini merupakan metode inisiatif dari  N.I.S. atas jembatan ini untuk mengamankan ruas jembatan agar terhindar dari bahaya patah atau melengkung ketika dilewati beban berat dalam hal ini kereta api. 
Jadi ketika bentangan jembatan ini dilewati kereta api, dengan beban puluhan bahkan ratusan ton, maka beban tekan dan beban tariknya akan dieliminasi oleh pergerakan roll dan engsel dikedua ujung bawah. Teknologi modern sudah diterapkan oleh N.I.S. kurang lebih pada seratus tahun yang lalu dengan rancangan serta perhitungan yang tepat, tanpa menggunakan sistem teknologi ini dapat dipastikan kontruksi jembatan ini tidak akan mampu menahan beban ratusan kali lipat dari berat kontruksi jembatan itu sendiri.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar