Selesainya jalur kereta api yang
menghubungkan Semarang dengan pusat militer di Ambarawa serta Vorstenlanden,
yaitu Surakarta dan Yogyakarta yang selesai pada tahun 1887 saat dibukanya
jalur antara Stasiun Lempuyangan dengan Stasiun Yogyakarta. Mendorong
perusahaan swasta Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorwegmaatschappij
(N.I.S.) untuk membangun jalur alternatif yang menghubungkan Ambarawa (Willem
I) dengan Yogyakarta melintasi wilayah karesidenan Kedu dan kota Magelang. Jalur ini resmi dibuka pada tanggal 1 Juli
1898 dengan mengunakan lebar sepur 1.067 millimeter sejauh 47 kilometer. Jalur tersebut adalah
lintas cabang dari jalur utama Yogyakarta-Semarang yang mengunakan lebar sepur
1.435 millimeter. Komoditas angkutan berupa tembakau, kemudian mendorong lintas jalur
yang melalui Magelang ini kemudian diperpanjang sampai ke Temanggung, serta
terkoneksi dengan Ambarawa (Willem I), dimana Secang sebagai titik utama
percabangannya. Selain itu, hasil tambang pasir dari letusan Gunung Merapi juga
turut serta sebagai komoditas angkutan yang mengunakan kereta api pada lintas
cabang ini, selain hasil bumi, industri kertas di Blabak dan beberapa industri
pabrik gula di utara daerah Yogyakarta atau Sleman.
Lintas jalur ini dimulai dari percabangan rel spoor 5
(lima) di Stasiun Yogyakarta (Tugu), mengarah ke utara kemudian melintasi Halte
Kricak, Halte Kutu, Halte Mlati, Stasiun Beran serta percabangan ke pabrik gula
Beran, Halte Pangukan, Halte Sleman, Stasiun Medari serta percabangan ke pabrik
gula Medari, Halte Ngebong, Stasiun Tempel serta percabangan ke pabrik gula
Sumber Pitu, jembatan kali Krasak, Halte Semen, Halte Tegalsari, Halte
Dangeyan, Halte Muntilan, Stasiun Muntilan, Halte Pabelan, Stasiun Blabak dan
percabangan ke pabrik kertas Blabak, Halte Blondo, Halte Japonan, Halte
Mertoyudan, Halte Banyurejo, Halte Magelang Pasar dan berakhir di Stasiun
Magelang Kota atau Kebonpolo.
Jembatan
Pangukan Kali Bedog
Jembatan Pangukan atau Jembatan
Bedog (karena melintas diatas Sungai Bedog) dengan nomor seri bangunan
hikmat (BH 30) ini terletak di ujung barat jalan P.J.K.A. atau Kantor PEPABRI
& PP. POLRI Sleman. Jembatan yang dahulu sempat terbengkalai akibat dari dinon-aktifkannya jalur rel kereta api lintas Yogyakarta-Magelang ini, kini
sudah mengalami renovasi. Letaknya berdampingan dengan jembatan jalan raya Jl. K.R.T. Pringgodiningrat, Pangukan, Tridadi,
Sleman. Sehingga pada saat melintas pengendara kendaraan bermotor bisa menyaksikan jembatan ini. Keadaan
jembatan Bedog masih lengkap dengan rel dan bantalannya serta besi pengait
maupun baut skrupnya.
Jembatan Pangukan Kali Bedog, letaknya bersebelahan dengan Jl. K.R.T. Pringgodiningrat, Pangukan, Tridadi, Sleman
Jembatan Pangukan (Bedog) memiliki panjang rangka
jembatan 30 meter dan lebar 2,5 meter yang membentang diatas kali Bedog
pada ketinggian 20 meter, tersusun dari lempengan dan batang besi baja yang
tersambung dalam sistem baut, mur dan las. Kini menjadi bangunan cagar budaya
yang diresmikan olah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku
Buwono X pada tahun 2008.
Plakat penetapan sebagai bangunan cagar budaya untuk Jembatan Kereta Api Pangukan Kali Bedog
Kontruksi jembatan Pangukan memiliki keunikan dari
pada jembatan lainnya. Pada sisi sudut tumpu jembatan yang terletak pada
keempat ujung bawahnya untuk menumpu penyangga beton terdapat sistem Roll dan
Engsel. Sistem roll terletak pada dua ujung tumpuan dibagian sebelah timur dan
sistem engsel pada bagian barat. Sistem ini merupakan metode inisiatif
dari N.I.S. atas jembatan ini untuk
mengamankan ruas jembatan agar terhindar dari bahaya patah atau melengkung
ketika dilewati beban berat dalam hal ini kereta api.
Jadi ketika bentangan jembatan ini dilewati kereta api, dengan beban puluhan bahkan ratusan ton, maka beban tekan dan beban tariknya akan dieliminasi oleh pergerakan roll dan engsel dikedua ujung bawah. Teknologi modern sudah diterapkan oleh N.I.S. kurang lebih pada seratus tahun yang lalu dengan rancangan serta perhitungan yang tepat, tanpa menggunakan sistem teknologi ini dapat dipastikan kontruksi jembatan ini tidak akan mampu menahan beban ratusan kali lipat dari berat kontruksi jembatan itu sendiri.
Jadi ketika bentangan jembatan ini dilewati kereta api, dengan beban puluhan bahkan ratusan ton, maka beban tekan dan beban tariknya akan dieliminasi oleh pergerakan roll dan engsel dikedua ujung bawah. Teknologi modern sudah diterapkan oleh N.I.S. kurang lebih pada seratus tahun yang lalu dengan rancangan serta perhitungan yang tepat, tanpa menggunakan sistem teknologi ini dapat dipastikan kontruksi jembatan ini tidak akan mampu menahan beban ratusan kali lipat dari berat kontruksi jembatan itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar